Kalikempit - Banyuwangi

Sumber gambar dari Google

Merantau, mendengar kalimat ini seakan pergi nun jauh sekali. Padahal meskipun keluar daerah yang letaknya tidak berjauhan itu disebut merantau. Inilah yang saya alami sekarang, meskipun jarak Jember - Banyuwangi hanya 75 Km atau bisa di tempuh dengan perjalanan 1,5 jam tetap saja saya merantau ke kampung orang. Yah, disebuah perkebunan ini saya mengais rejeki. Saya tidak menyangka akan diterima disebuah perkebunan Kakao dan Karet ini. Tapi, yang namanya takdir tidak bisa diatur dan dihalangi, semua sudah berjalan secara alamiah.

Belum genap sebulan saya bekerja di perkebunan, saya sudah tidak betah, bukan karena gaji yang tak cocok atau bingung mau tinggal dimana, melainkan karena ada beberapa pihak yang tidak menginginkan saya bekerja diperkebunan ini. Sayapun curhat sama orang tua kalau lingkungan sekitar sangat tidak mendukung. "Wes seng sabar ae, lek ancene gak krasan yo wes mbalik nang kene ae, wong nang kene yo gak kurang penggawean" (ya yang sabar saja, kalau memang gak betah ya sudah balik ke sini (Jember) aja , lah disini juga gak kurang pekerjaan kok), sahut beliau. Dengan sikap pasrah dan ketulusan, serta do'a beliau saya bertekat untuk terus bertahan.

Selang beberapa bulan saya diberi hak untuk menempati rumah dinas. Tak henti hentinya saya berucap syukur, serta menceritakan hal ini kepada orang tua, beliaupun ikut senang. Soalnya jarang sekali ada karyawan baru mendapatkan hak untuk menempati rumah dinas dan nasib saya bisa dibilang WOW. Hmm, tapi kegembiraan itu mulai pupus, karena rumah dinas yang saya tempati terbilang angker, makanya tak ada satupun karyawan yang berani menempati rumah dinas ini. Atapnya pun mulai rapuh dan sebagian ruangan kalau hujan bocor. Dan yang paling mengenaskan rumah ini menjadi sarang tikus.

Dalam hati saya hanya ada pasrah pada_Nya dan mengharapkan do'a dari orang tua. Mau tidak mau, suka tidak suka saya harus menempati rumah dinas tersebut. Saya mulai memperbaikinya sedikit demi sedikit, sementara itu saya tinggal menumpang di rumah kakak sepupu yang memang sudah mendahului saya bekerja di perkebuan. Setelah beberapa hari akhirnya rehab rumah dinas saya pun selesai. Dengan ucapan Basmalah saya tinggal dirumah yang sudah berpuluh puluh tahun tak berpenghuni.

Alhamdulillah saya berhasil menempati rumah tersebut tanpa ada sesuatu yang menakutkan dan mengerikan seperti yang diceritakan warga sekitar, meskipun ada sedikit kejadian yang aneh, tapi itu tak berlangsung lama.

Setelah hampir 5 tahun saya merantau, ternyata saya baru sadar, banyak sekali hal baru yang saya dapati disini. Disini tuh sepi, biasanya kalau di Jember jam 8 malam masih banyak orang berlalu lalang, disini sudah banyak korden rumah yang tutup. Di Jember biasanya terdengar suara bising kendaraan, disini yang terdengar suara jangkrik dan hewan malam lainnya yang tiap hari selalu bernyanyi. Terkadang suasana ini sangat mengasikkan dan tak jarang pula menyesakkan, tapi itu dulu ketika saya masih sendiri. Sekarang perasaan itu tidak lagi saya rasakan, karena ada wanita cantik yang selalu membuat saya tersenyum ketika berangkat dan pulang kerja. Umi, dialah penghuni baru rumah dinas saya saat ini. Sabar dan do'a orang tualah yang membuat saya bertahan hingga saat ini.                                  


Artikel ini diikut sertakan dalam acara giveaway Genda-gendu Rasa Perantau
 

Rebutan Snack

Dunia anak itu memang sangat mengasikkan dan menggemaskan. Apalagi disaat bercanda melihat mereka tertawa atau menangis ada kebahagian tersendiri dalam hati ini hehe. Contohnya pada gambar dibawah ini, Zidan itulah namanya dia adalah cucu pertama saya hehe # sudah tua nih. Ketika ia sedang asik memakan snack saya rebut snack tersebut secara spontan yang berhasil membuatnya menangis. Alhasil Zidan berhasail menangis dan akhirnya saya mengalah karena tangisannya hehe. 

 Dan, untuk menebus kesalahan saya karena sudah membuat Zidan menangis saya ajak dia untuk main scuter mini  beres dah.

Berawal dari rebutan snackFoto ini diambil hari Minggu, 24 Februari 2013 di rumah Jember, dengan Cemera Digital Sony DSC-S930 dan foto ini sudah saya edit ukurannya karena terlalu besar.

 



Minggu bersama Karang Kitri


Asik, akhirnya bisa posting juga. Sudah gak usah ditanya kenapa lama gak nulis, ntar pasti saya jawab macem macem yang bisa mengandung dan mengundang unsur kontraversi haha.

Saya sangat bersyukur dalam kalender masehi ada hari yang bernama Minggu. Karena pada hari itu, semua rutinitas sehari hari saya libur. Nah berhubung saya gak mudik ke Jember, kesempatan ini saya pergunakan untuk menyegarkan/merefresh pikiran yang selama seminggu di forsir untuk bekerja. Salah satunya adalah membelai karang kitri yang sepertinya sudah kangen sekali akan sentuhan tuannya hehehe.

Awalnya saya melihat pohon rambutan yang ada didepan rumah buahnya  sudah terlihat merah merona seakan memancing semua makluk untuk memetiknya. Tanpa komando, saya dengan sigap menyerbu segerombolan rambutan berwarna merah merona tersebut untuk saya persembahkan pada Umi dan para tetangga sekitar biar barokah, mosok tetangga mau di kasih daunnya aja yang tiap hari selalu jatuh mengotori halaman rumahnya.

Tugas utama setelah memborbardir pohon rambutan adalah membelai karang kitri. Maklum karang kitri depan rumah memang sudah lama tak terawat, sampai tanamannya berbuah dan banyak yang busuk. Sangat mubadzir jika dibiarkan begitu saja, padahal saya sudah menyarankan tetangga kanan kiri kalau ada yang berkenan silahkan diambil, mungkin saking banyaknya sampai tetangga bosen untuk mengambilnya hehe. Padahal tanaman yang ada di karang kitri depan rumah beraneka ragam, ada lombok (cabe rawit), kangkung, bawang merah, timun serta terong dll. Bahkan tadi saya dengar dari tetangga bahwa harga lombok sedang aduhai alias mahal. Alhamdulillah pas lombok lagi mahal, eh lombok depan rumah berbuah dengan lebat, pas banget.


Awalnya saya hanya ingin sekedar mencangkul sebagian saja, eh ternyata badan saya sampai berkeringat, sekalian saja saya cangkul semuanya, yah itung itung berolah raga. Mencangkul memang capek sih, tapi kalau hasilnya oke rasa capek itu terobati, apalagi ada secangkir kopi lanang buatan Umi yang sudah siap untuk disruput hehe. Sebagai penutup cerita ini, kalau halaman hijau itu rasanya indah, sejuk dan asri, apalagi dirawat sendiri, pasti jos silahkan deh dibuktikan.     

My Profil

Foto saya
Saya lahir, tumbuh, menghabiskan masa ABG di Jember dan sekarang saya mengais rejeki dengan menjadi seorang buruh di sebuah perkebunan di Banyuwangi. Motto dalam hidup saya "Jadikan Hidup Kamu Hari ini Lebih Baik Dari Hari Kemarin"

Post. Terbaru

Followers