1ST Anniversary [27 Oktober 2012]


27 Oktober 2012 perjalanan kami berdua bermula. Alhamdulillah, sudah 1 tahun perjalanan bahtera keluarga mungil saya dan Umi berjalan. Banyak sekali lika liku, rintangan dan hambatan yang harus kami lalui bersama. Semuanya butuh kesabaran dan ketabahan dalam menghadapinya, cucuran air mata, amarah dan ego sudah menjadi bumbu penyedap dalam rumah tangga kami selama setahun ini.

Setahun itu bukan waktu yang lama, masih panjang sekali perjalanan yang harus kami lalui. Dan tidak menutup kemungkinan jalan itu tak semulus jalan tol, masih banyak jalan yang terjal, berkelok dan berbatu yang harus kami lalui bersama untuk menuju sebuah kebahagian yang hakiki. Harapan saya dan Umi, semoga diberi kemudahan dalam melalui semua ujian_Nya dan diluluskan dengan nilai yang memuaskan.

Banyak hal baru yang belum pernah saya temui, kini menjadi sebuah rutinitas sehari hari. Apalagi saat Umi hamil, benar-benar menguras pikiran dan menjaga emosi. Dan Alhamdulillah sebentar lagi akan ada penghuni baru yang akan mengisi kehidupan kami. Mungkin ini adalah sebuah hadiah sekaligus kado terbesar yang diberikan Sang Kholiq buat kami di umur setahun pernikahan kami.

Bisa dibayangkan, kalau tiap pagi hanya ada nyanyian burung dibelakang rumah, sebentar lagi akan ada tangisan seorang bayi dirumah mungil kami. Hmm..rasanya sudah tak bisa berkata² lagi, begitu besar nikmat dan keindahan yang Engkau berikan kepada kami Yaa Robb.

Semoga Engkau selalu memberikan kekuatan kepada kami untuk selalu bersabar dan bersyukur terhadap apa yang Engkau ujikan kepada kami. Berikan kami kekuatan untuk selalu menjaga amanah_Mu dan karuniakanlah kami keturunan yang sholeh dan sholehah serta limpahkan kepada kami rezeki yang barokah dan bermanfaat. Amin

Maaf karena akhir-akhir ini saya jarang sekali nulis, tulisannya jadi mblepotan.
Kenangan 27 Oktober 2012 (untuk memperbesar gambar arahkan cursor pada gambar)

Ingin Punya Anak Berapa

Sumber gambar dari google



Ingin Punya Anak Berapa?

“Aku dan suami inginnya punya anak satu aja,” ucap seorang perempuan yang sedang duduk di depanku.

Aku mendelik, heran. “Satu aja? Kok bukan empat?”

Lama-lama kupandangi raut wajah perempuan yang sudah berkawan denganku sejak aku kecil itu. Tak ada ragu dalam ucapannya. Sebuah senyum tersungging di bibir tipisnya.

“Empat ‘kan rame?” lanjutku.

Bila misalnya Allah mengijinkan, aku ingin memiliki empat orang putra putri, yang nantinya akan memberi warna pada keluargaku. Ramai dan seru, pastinya! Seperti halnya orangtuaku yang telah melahirkanku dan ketiga saudaraku.

Salah satu alasan keherananku adalah kawanku ini merupakan keluarga besar. Ia sendiri tujuh bersaudara. Suaminya juga punya banyak saudara. Sepupunya juga banyak. Mengapa ia dan suami hanya ingin punya satu anak saja ya?

“Sekarang menjaga anak itu susah. Kami berencana punya satu anak saja dan berusaha fokus,” terangnya.

“Masing-masing anak ‘kan ada rejekinya ....” sahutku.

“Bukan soal rejeki, tetapi jamannya sekarang ini sudah sangat mengkhawatirkan. Bila punya banyak anak, orangtua belum tentu bisa mengawasi dan memberi mereka pendidikan yang baik. Kamu tau kan kisah adikku?”

Benakku memilah memori dan menemukan kisah yang santer terdengar tahun lalu, atau tahun sebelumnya lagi, tentang salah seorang adik lelakinya. Aku pun mengangguk. “Bagaimana kabarnya sekarang?”

“Dia divonis lima tahun.”

Aku termenung. Sejurus kemudian aku memaklumi kekhawatirannya. Kecemasannya akan masa depan anak. Keengganannya menelantarkan anak. Ketidakinginannya mengikuti jejak orangtuanya yang mempunyai banyak anak, namun tak semua dapat terawasi, sampai-sampai ada yang bermain-main dengan narkoba.

Usai bercakap-cakap tentang masa depan dan masa belakang, aku pun pamit.

“Semoga cepat ‘isi’, ya,” ucapku sambil ber-cipika-cipiki.

“Aamiin,” sahutnya.

Aku melangkah pulang menuju rumahku yang tepat berada di depan rumah kawanku itu. Aku terus terpikir tentang keinginannya memiliki satu anak. Berbagai alat kontrasepsi memang tersedia dan dapat dipilih oleh perempuan atau keluarga yang ingin mengatur kehamilannya. Mereka punya hak untuk memutuskan jalan yang mereka pilih, asalkan tidak menentang ketentuan-Nya. Dan aku tentu saja tidak punya hak untuk menghakimi apapun pilihan kawanku itu.

Bagaimana dengan Sahabat sekalian, ingin punya anak berapa? :D

Penulis Tamu : Kaka Akin



My Profil

Foto saya
Saya lahir, tumbuh, menghabiskan masa ABG di Jember dan sekarang saya mengais rejeki dengan menjadi seorang buruh di sebuah perkebunan di Banyuwangi. Motto dalam hidup saya "Jadikan Hidup Kamu Hari ini Lebih Baik Dari Hari Kemarin"

Post. Terbaru

Followers