Kepergiannya yang mendadak membuat semua keluarga dan tetangga terperangah tidak percaya. Tapi bagaimanapun namanya ajal tidak ada yang bisa mendeteteksinya kapan akan terjadi. Padahal pada 3 hari sebelumnya Kakek masih sehat dan bersedia untuk berfoto dalam acara wisuda Pak Lek saya.
Tidak pernah ada yang mengira kalau Ramadhan pada saat itu adalah Ramadhan terakhir bagi Kakek. Beliau menutup mata menghadap Ilahi dengan manis. Setelah sebulan berpuasa dan masih sempat bersilaturrahmi pada sanak saudara dan tetangga, beliau dipanggil menghadap_Nya. Sungguh itu impian semua manusia.
Banyak sekali pesan dan kesan yang bisa saya ambil dari sosok Kakek. Beliau sangat istiqomah sholat berjama'ah baik dirumah lebih-lebih dimasjid. Dan beliau juga seorang pekerja keras dan disiplin dalam mendidik putra-putrinya di segala hal, lebih-lebih dalam hal agama.
Banyak sekali kenangan saya bersama beliau. Karena sejak kecil beliau tinggal serumah bersama saya. Dan seandainya ini adalah Ramadhan terakhir bagi saya, saya ingin menjadi manusia yang lebih istiqomah dalam hal kebaikan serta menjadi kepala keluarga yang tegas, sekaligus menjadi pemimpin dan panutan bagi Umi, sebagaimana yang telah Kakek lakukan semasa hidupnya.
Siapa yang tak mau sukses dunia dan akhirat, semua pasti menginginkannya. Tapi untuk meraihnya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Semua perlu latihan dan kerja keras. Semoga Ramadhan tahun ini kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang ada didalamnya sehingga kita bisa menjadi manusia yang Rabbani. Amin
Tulisan ini diikutsertakan dalam Ceria Ramadhan Bersama Gamazoe dan Dhenok Habibie