Batal Nyoblos

 Gambar dari Google

Kemarin warga Jawa Timur memilih calon pemimpin untuk 5 tahun kedepan. Ya, tanggal 29 Agustus 2013 Pilgub dan Wagub dipilih langsung oleh warga Jawa Timur (Jatim). Sejak beberapa hari yang lalu saya sudah tidak sabar untuk menunggu surat panggilaan untuk mencoblos idola Cagub dan Cawagub saya. Tapi sampai H-1 tidak ada surat panggilan dari pihak KPPS (benar gak ya) setempat. Entah kenapa, padahal beberapa bulan yang lalu ada petugas dari KPPS untuk mendata saya dan Umi agar bisa mencoblos di sini [Kalikempit-Banyuwangi].

Tanggal 29 Agustus 2013

Pagi-pagi saya sudah nongkorong di depan rumah untuk ngobrol sama satpam sekaligus melihat warga yang berbondong-bondong sliweran pergi ke TPS sebelah rumah. "Eh Cak, saya kok tidak dapat udangan nyoblos, ya ? Padahal beberapa bulan lalu saya sudah di data untuk Pemilihan Gubernur" tanya saya pada salah seoarang satpam. Teman saya pun hanya tersenyum bingung gak bisa jawab, hahaha. "Halah mbabahno wes, nyoblos gak nyoblos gak apa-apa" sahut satpam lainnya. Senyumanpun menjadi jawaban yang arif dari saya untuk menghindari perdebatan nyoblos dan gak nyoblos, hehehe. Setelah beberapa saat kemudian saya bertemu dengan salah seorang yang pernah mendata saya. "Cak, saya kok gak dapat undangan nyoblos, kenapa ?" tanya saya. "Loh mosok, sebentar saya tanyakan, ya" jawaban dia. Sejak memberi jawaban itu, orang tersebut gak kembali, entah pulang atau tidak atau dia pulang lewat belakang untuk menghindari pertanyaan yang sama dari saya, hehehe. "Yo weslah, gak opo-opo" gumam saya.

Tiba-tiba Umi mengajak saya untuk pergi ke TPS. Umi diajak tetangga sebelah yang juga gak dapat udangan nyoblos. Kami ber-8 pun berangkat ke TPS dengan BoNek [Bondo Nekat]. Sesampainya di TPS, kok TPS nya sepi banget, padahal sudah agak pagi menjelang siang. "Pak saya kok gak dapat undangan untuk nyoblos disini" tanya saya. "Mungkin sampean nyoblos di Jember, Mas" sahut petugas TPS yang pernah mendata saya. "Loh, bukannya sampean pernah mendata saya beberapa bulan yang lalu, itu kan pendataan untuk Pilgub sekarang, Pak ?" tanya saya Petugas TPS tersebut. Dia hanya menjawab dengan senyuman kecut. Asem tenan !!! Gumam saya dalam hati.

Dan tetangga saya, ternyata terdaftar dan mempunyai hak untuk memilih di TPS tersebut. Tapi kok aneh ya, undangan langsung diserahkan di TPS, padahal pas pendataan nama saya dan Umi berurutan sama tetangga saya. Hmm... emboh wes, ayo mulih !! saya ngajak untuk pulang. Setelah sampai di rumah ada Kakak dari Jember telp tak lupa saya tanyakan, apakah di Jember ada nama saya untuk pemilihan Pilgub, dan jawabannya tidak ada.

Yo wes lah, semoga saja Pemilihan Pilgub ini berjalan damai, aman dan jujur. Siapapun yang terpilih hendaknya menepati janji-janjinya ketika berkempanye. Dan semoga pilihan Rakyat Jatim merupakan pemimpin yang bisa jadi panutan dan mempunyai titel STAF (Siddiq, Tablig, Amanah dan Fatonah) # ssstttt pinjam istilahnyan Ami Osar.


Note : Dialog sudah saya translate dalam bahasa Indonesia, awalnya menggunakan bahasa Jawa

Menikmati Nira Kelapa

Baiti jannati

Bertempat tinggal di daerah perkebunan yang masih rindang akan pepohonan mungkin bagi masyarakat kota merupakan sebuah impian. Sebab dengan suasana yang begitu rindang dan udara sejuk menjadi nilai plus tersendiri. Saya patut bersyukur dengan keadaan yang saya alami saat ini. Karena dari beberapa tempat yang saya tinggali memiliki cuaca yang panas.

Selain rindang dan udara yang sejuk, kebetulan rumah saya bersebelahan dengan sebuah pengolahan Gula Kelapa (Gula Merah). Setiap menjelang sore, ada sebuah aroma yang khas tercium disekitar rumah. Aroma khas tersebut berasal dari bau nira yang sedang diolah untuk menjadi gula merah. Dan beberapa waktu yang lalu sebelum Ramadhan, saya berkesempatan merasakan manisnya nira yang baru selesai di deres oleh petani. Padahal sudah hampir 6 tahun saya berada disini, tapi baru kali ini saya merasakan segarnya nira yang baru saja di ambil dari pohon kelapa.

Menikmati nira hanya dengan menggunakan selembar daun kakao

Rasanya sangat manis, nira dan gula merah yang di produksi disini tidak memakai sulfit atau bebas dari bahan pengawet dan sejenisnya. Jadi nira yang saya konsumsi di jamin aman. Setelah menikmati nira di kebun, saya mencoba berkunjung langsung ke tempat penngolahan gula merah tersebut. Dan wow, ternyata bau aromanya sangat wangi dan tempatnya begitu bersih. Hmm. . . ternyata ini toh yang aromanya selalu menjadi parfum di dalam rumah tiap menjelang sore.

Belajar mengaduk nira menjadi gula merah

Ketika hari minggu tiba, saya sering bertandang ke pengolahan gula merah tersebut, siapa tau ada petani yang berbaik hati memberikan saya se-caplik gula merah pada saya, hehehe. Dan tempat pengolahan gula merah ini menjadi satu tempat yang wajib di kunjungi ketika ada saudara dari Jember atau Mojokerto datang kemari. Alhamdulillah bertempat tinggal di sini, punya tempat wisata yang murah bahkan gratis dan sangat menyenangkan serta dapat mengambil sedikit pengetahuan tentang pengolahan Gula Merah. Bagi yang berminat silahkan main-main/silaturrahmi/kopdar kerumah saya di Kalikempit - Banyuwangi.

My Profil

Foto saya
Saya lahir, tumbuh, menghabiskan masa ABG di Jember dan sekarang saya mengais rejeki dengan menjadi seorang buruh di sebuah perkebunan di Banyuwangi. Motto dalam hidup saya "Jadikan Hidup Kamu Hari ini Lebih Baik Dari Hari Kemarin"

Post. Terbaru

Followers