Awal Februari kemarin saya sempat berkunjung ziarah ke makam para Sunan Wali Songo. Kunjungan saya ini bukan yang pertama kalinya, 9 tahun yang lalu saya sudah pernah mengunjunginya, tapi suasananya sudah sedikit berbeda dengan 9 tahun lalu. Terdapat beberapa obyek yang sudah mengalami perubahan karena renovasi. Hanya satu yang tidak berubah masih banyaknya para pengemis jalanan yang rata-rata masih anak dibawah umur.
Sunan Bonang tempat pertama yang saya kunjungi. Sunan Bonang ini berada di Tuban, 9 tahun yang lalu untuk menuju makam sunan Bonang kendaraan besar seperti Bus dan kendaraan lainnya bisa parkir dekat alun-alun kota Tuban, tapi kemarin pas saya kesana, eh sudah ada lahan khusus untuk parkir, jadi untuk menuju makam Sunan Bonang saya naik becak dengan tarifnya Rp. 5000/orang, meski kenyataannya becaknya berisi 2 orang hehe. Ada yang unik disini, ada seorang yang tak dikenal yang langsung mengambil foto tanpa ijin dan pada akhirnya meminta uang tebusan dari hasil jempretannya itu, kata tukang becak yang berada disana mereka adalah fotografer jalanan, tarifnya hanya Rp. 5000/foto dan saya berhasil mereka jempret meski akhirnya saya hanya membayar Rp.2000 + foto saya lumayanlah buat kenang²an sang fotografer jalanan tersebut.
Sunan Drajat berada di Lamongan, yang berubah saat ini adalah adanya pasar yang sudah tertata rapi disana. Sudah tidak adanya orang-orang yang merapikan sandal atau sepatu disana, hanya para pengemis jalanan yang 9 tahun lalu masih saya temui disana. Sayang fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola pun terbatas, masak ambil wudhu’ sama mandi tarifnya sama, lain halnya di Sunan Bonang semuanya serba gratis.
Disunan Kudus kami beristirahat dan lumayanlah bisa meluruskan punggung dan mendinginkan pantat yang sudah panas sekali karena efek menempuh perjalanan jauh hehe. Iseng-iseng saya bertanya pada salah satu orang penjaga yang ada disana.
Kenapa Gapuro itu berdiri di depan Masjid Agung ini Pak ? tanya saya. Dan bapak tersebut menceritakan sejarah tentang gapura tersebut. Gapuro berasal dari bahasa arab yaitu Ghofuro yang artinya ampunan atau pengampuan. Makanya gapuro itu sengaja dibangun didepan Masjid untuk menarik masyarakat untuk bertaubat dan masuk Islam, karena bangunan gapuro itu sendiri adalah bangunan khas umat Hindu-Budha. Oooo baru tau saya.
Akhirnya rombongan sampai Demak sekitar jam 3 dini hari. Karena seharian belum mandi sayapun mandi di Demak, ada yang aneh dengan airnya, airnya terasa sedikit asin hehe. Sambil menunggu adzan subuh saya berkeliling ke musium yang ada di sebelah utara Masjid Demak, disana ada sejarah perjalanan para sunan Wali songo serta silsilah keturunan Raja Demak dan para sunan lainnya.
Sunan Muria, buat saya perjalanan menuju sunan Muria sangat mengesankan, diiringi dengan gerimis saya dan anggota rombongan mendaki gunung dengan jarak +1.7 Km untuk menuju ke makam sunan Muria ini. Meski capek dan nafas yang sudah ngos²an itu tidak membuat saya dan para rombongan menyerah, untungya kanan kiri sepanjang jalan tersebut banyak pedagang kaki lima yang menjual makanan dan barang untuk oleh-oleh. Aslinya untuk menuju ke Makam Sunan Muria bisa di tempuh dengan naik ojek dengan tarif Rp. 10.000, tapi kata sebagian anggota rombongan
“kalau berjalan hitung-hitung latihan thawaf, siapa tau tahun depan naik haji hehe” Amin.
Sesampainya disunan Giri ini kebetulan saya bareng sama salah satu menteri yang berkunjung, jadi ada pengawalan ketat dari aparat setempat. Untuk menuju ke Makam Sunan Giri ini, kalau mobil pribadi bisa parkir dekat pesarean Makam Sunan Giri, tapi masih naik gunung meski gak setinggi di Sunan Muria. Bagi yang naik Bus dari terminal bisa naik ojek atau naik dokar, dengan tarif, kalau ojek Rp. 5000/orang, kalau dokar Rp. 10.000/5 orang. Disunan Ampel (Surabaya), Sunan Maulana Malik Ibrahim (Gresik) dan Sunan Kalijogo (Jawa Tengah) tidak mengalami banyak perubahan, kondisinya sama dengan 9 tahun lalu #perasaan saya aja lo hehe.
Banyak sih buku-buku yang menceritakan tentang sejarah para sunan-sunan wali songo ini, tapi saya hanya ingin mengetahui langsung sejarah perjuangan beliau. Sahabat Blogger, ziarah ke makam para wali atau kemanapun itu jangan sampai diniatkan untuk mencari sesuatu yang bisa mendatangkan keajaiban atau yang lainnya, melainkan untuk belajar mengetahui sejarah dan perjuanganya. Kurang afdhol rasanya kalau belum langsung mengetahui sisa-sisa perjuangan para wali ini. Ada orang bilang “Jangan bilang rasa garam itu asin kalau belum pernah memakannya”, rasakan dan ambil ilmu serta hikmah didalamnya.
Sayang ya, masih banyak peminta-minta di tempat seperti itu ..^^
BalasHapusUlasannya lengkap, semoga berjaya Kang..!
BalasHapusnaik gunung muria, enakan jalan kaki ^^
BalasHapusGunung Muria itu kampung saya...
BalasHapusKalau ke makam Sunan Muria, saya lewat jalan pintas, dari belakang rumah trus naik lewat hutan...
Jaraknya lebih pendek, pemandangannya lebih bagus.
Rumah saya didekat portal. Kalau menyebut nama saya, pasti nggak perlu bayar.
Yg jaga makam juga teman SD saya.
Dan...
Nama Ibuk saya tertulis di silsilahnya Sunan Muria sebagai keturunan ke 13...
alhamdulillah ya kang bs ziarah ke para wali, beliau2 yg telah berjuang menebar agama Islam di negeri ini.
BalasHapusSemoga kisahnya bisa menginspirasi byk kawan n moga sukses.
dicatet klo ke sana nanti, bakal nyebut nama pak mars biar gratis :D
BalasHapussukses ya kang di kontesnya Kak Monda.
duh senengnya bisa wisata religi...sampai bisa 9 wali gitu..fantastik. Saya br ke Ampel saja #lha iya di sby
BalasHapuspasti mas sofyan adalah gusdurian...
BalasHapuspaling ndak warga NU....
maaf bukan bermaksud SARA lho....
maaf jg kalo salah tebak....
:)
akang sofyan...sorban palit *nyanyi
BalasHapussukses dan menang ya kang :D
Saya baru nyampe ke masjid Demak aja, tempat yg lain belum pernah.
BalasHapusTerima kasih ya sudah mau memeriahkan acaraku. Dicatat sebagai peserta ya .
wisata religi, budaya NU. ternyata bisa difahami dengan berbagai sisi. mangke berkunjung ke ampel bi sareng2..
BalasHapuskalau saya dulu pernah ke Demak... kalau ke makam Sunan Kalijaga yang sekarang pasarnya sudah tertata rapi, tapi ya itu memang benar kalau pengemis di tempat seperti itu masih tetap ada
BalasHapushuaaaaaaaa...mupeeenggg,, pengen jalan2 kesana, kok nay gak diajak siih kang :(
BalasHapusJalan-jalan sekalian ziarah kang, mingta wangsit.
BalasHapustempat ziarah selalu dipenuhi peminta-peminta ya kang
BalasHapusWisata relegi juga merupakan wisata edukasi bagi para peserrtanya, kita dapat banyak belajar tentang suri tauladan seorang tokoh pemuka agama yang telah menyebarkan syiar agama pada masanya.
BalasHapusUlasan tempat obyek yang indah semoga bermanfaat bagi yang memmerlukan informasinya.Sukses selalu.
Salam,
Wisata relegi juga merupakan wisata edukasi bagi para peserrtanya, kita dapat banyak belajar tentang suri tauladan seorang tokoh pemuka agama yang telah menyebarkan syiar agama pada masanya.
BalasHapusUlasan tempat obyek yang indah semoga bermanfaat bagi yang memmerlukan informasinya.Sukses selalu.
Salam,
jd pingin ke wali songo. Ibukku tiap tahun tp aku g bisa ikut g bs cuti kerja. Seminggu. Sedih dech.....
BalasHapusNah, yg spt ini nih jalan2 tapi jadi tambah ilmu ya Sof..
BalasHapuswah lengkap amat ulasannya. sip bisa menang nih
BalasHapusLain kali melu #eh :D
BalasHapusAku belum pernah ikut acara ziarah wali. Semoga lain kali dapat kesempatan ikutan...
BalasHapusSemoga menang ngontesnya ya..? :)
Jadi ingat waktu perjalanan wisata relegi mas. Semuanya berkesan dan pebuh dengan pembelajaran.
BalasHapusSukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog
Wisata religi seperti ini memberikan hasil yang luar biasa ya kang...kira2 dapat kelonggaran ngak karena ada pengawalan ketat heee
BalasHapuswisata religi, budaya NU. ternyata bisa difahami dengan berbagai sisi ya.
BalasHapuswisata religi, budaya NU. ternyata bisa difahami dengan berbagai sisi ya.
BalasHapuskalo saya belum pernah wisata religi....ehh pernah dech waktu masih kecil diajak ibu saya ke Banten....tp yg saya inget waktu itu...perginya malam..sampe sana jam 12 malam....ziarah ke makam...trus ada pasar malamnya....rameee bener.....jd pengen lagi wisata religi seperti ini
BalasHapusberharap tak ada pengemis lagi aja dech biar gak semrawut..
BalasHapusmenarik banget soal wisata ke para Wali Songo yang menyebarkan Islam di pulau Jawa. Tentunya memang perlu digarisbawahi bahwa, kita hanya mendoakan, bukan minta sesuatu pada yang sudah meninggal.
BalasHapusKita juga belajar tentang perjuangan beliau-beliau ini bagaimana masyarakat Jawa yang tadinya didominasi Hindu sekarang mayoritas jadi muslim.
Ada yang komen soal NU... hehehe... Aku di Jogja dan sangat Muhammadiyah juga sering menulis tentang para Wali di blogku. Mereka mendapat karomah dari Allah sehingga dari catatan sejarah mempunyai kemampuan lebih dari hal kecerdasan, kesenian, wibawa, pokoknya mereka jenius, taat beragama, kedekatan pada Allah tidak diragukan lagi. Mereka adalah kekasih Allah.
Aku banyak belajar dari kebijaksanaan mereka untuk penulisan di blogku...
wah, banyak bener yg dah dikunjungi. syanya baru 1, itupun cuma sunan gunung jati di sunda sana.
BalasHapuscuma apa yah..
wisata2 religi kita koq kayaknya susah skli lepas dri animisme-dinamisme gitu. banyak yg disalah gunakan. mulai jual air keberkatan, minta ini itu sma makam, dll. padahal akan lebih baik klo itu murni wisata religi, setidaknya mengenang tingkah laku sang wali. biar termotivasi untuk lebh baik. miris yaah..
oyew, template barunya bagus. lebih ringan. :)
BalasHapuswaduh kok wudhu aja harus bayar ya.. Sayang banget..
BalasHapusSaya juga heran, kenapa ditempat2 ziarah banyak sekali penggemis ya? Mungkin mereka beranggapan bahwa orang yg sdg ziarah itu beribadah dan orang beribadah gak akan pelit bagi2 rejeki...Senang baca cerita ziarah ini Kang. Semoga sukses dengan kontesnya :)
BalasHapusIbu juri datang... :)
BalasHapusSeru ya, bisa berwisata religi...
Semoga bisa menambah keimanan saat mengunjungi makam para wali ya :)
waah ulasannya lengkap banget..
BalasHapussaya belum pernah ziarah ke tempat2 wali..
*sukses untuk kontesnya..
pengen banget kesana..bukan untuk meminta keajaiban.tapi seperti kang katakan hanya untuk mengetahui sejarah dan perjuangan para wali songo
BalasHapussemoga perjalannya memberikan hikmah dan barokah
BalasHapustulisan yg sangat lengkap sekali, Sofyan
BalasHapusterimakasih ya sudah share :)
semoga sukses diacara ini :)
salam
wah keren banget bangunannya ya
BalasHapus@admin,
BalasHapusAda award untuk kamu teman,, silahkan ambil ya
di http://bengkelhumor.blogspot.com/2012/03/fleanding-sites-choice-award.html
dan cek hadiahnya di http://bengkelhumor.blogspot.com/2012/03/hadiah-fleanding-sites-choice-award.html
semoga sukses ya kontesnya :)
BalasHapussukses ziarah ke 9 makam wali, mantap,,
BalasHapusplesiran sambil mengenal sejarah ya.
wah pengen plesiran ke makam para wali. belum pernah nih ke tuban liat makan sunan bonang.
BalasHapusserem juga itu ya ada acara fotografer motret gak bilang-bilang terus minta tebusan. kalau gak bayar tetep maksa kali ya. untung cuman bayar 2000 ya diskon dari 5000