Digundul Gara² Catur

Assalamu’alaikum para netter, salam senyum untuk kalian semunya…☺ ☺ ☺

Cerita ini sudah pingin sekali saya tulis sejak dulu, cuman gak tahu gmn caranya. Untung sekarang sudah tahu cara ngeblog, jadi bisa cerita disini hehe. Persis 4 tahun silam kejadian ini masih terekam jelas didalam benak saya, kejadian yang lucu sekaligus memalukan.

Tahun 2007 silam saya masih ada disebuah pesantren yang masih salaf (masih kuno) dimana didalamnya tidak boleh ada HP, Koran bahkan kami gak boleh menonton TV. Berat kan,,tapi itulah aturan yang diterapkan oleh pesantren, semua santri harus mengikuti tanpa terkecuali. Emang sih saya sudah lebih dahulu masuk kepesantren sekaligus jadi salah satu pengurus kamar.

Kami sangat senang jika hari jumat telah tiba, karena hari jumat semua kegiatan pesantren mulai dari madrasah sampai pengajian kitab libur kecuali sholat berjamaah. Disela-sela hari libur kami sering bermain bola voly dan badminton, maklum hanya olah raga itu saja yang tersedia. Beberapa hari lalu saya menangkap santri sedang asyik bermain catur, tapi santri itu saya bebaskan bersyarat. Papan catur tersebut saya sita diruang pengurus.

Waktu itu saya memang sangat kepingin sekali tahu cara bermain catur, akhirnya saya beranikan diri untuk belajar bermain catur dengan memanggil santri yang saya tanggkap kemarin. Ketika kami sedang asyik dengan papan catur, eh gak tau ada Kyai yang sudah lama melihat kami (jadi malu deh). Akhirnya Kyai memanggil saya kedalam rumah beliau tanpa memanggil santri yang saya ajak bermain. Didalam sana saya dikasih wejangan² sampai sempat meneteskan air mata. Singkat cerita dengan ketemunya saya bermain catur, saya di gunduli didalam dalem (rumah kyai) oleh putra Kyai padahal seumur² saya gak pernah digundul. Hari dan tanggalnya persis 4 tahun silam dari sekarang 8 Rajab 1428 H. Tapi saya terkesan karena yang menggunduli adalah putra seorang Kyai yang sekarang jadi penerus Ponpes.

Dipesantren mengajarkan disiplin, bermasyarakat dan besosialisasi dengan sesama. Meski pesantren yang saya tempati sekarang sudah berubah, bahkan sudah ada Madrasah Ibtidaiyahnya (setara SD). Dulu tempat kami tidur kamarnya sama dengan kandang kambing bertingkat tapi kebersihan paling diutamakan.

Ternyata sportifitas dan disiplin seorang Kyai ini sangat melekat sampai saat ini meskipun beliau sudah wafat. Semoga bermanfaat dan bisa menjaga kedisiplinan.